Monday, May 3, 2010

Tokoh Geografi

1. Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi

Tokoh Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi (Arab: أبو عبد الله محمد الإدريسي; lahir 1099 Masihi di Ceuta, Sepanyol dan meninggal pada 1166 Masihi) merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup di Sicily.

Sumbangan utama tokoh ini ialah menghasilkan peta bebola perak seberat 400 paun untuk Raja Roger II, lengkap dengan membahagikan dunia kepada 7 iklim, laluan perdagangan, teluk, tasik, sungai, bandar-bandar besar, bukit dan lembah serta gunung-ganang. Beliau juga mencatatkan jarak dan ketinggian sesuatu tempat dengan tepat.

Tokoh Geografi kurun ke-12 ini kemudiannya menghasilkan buku Nuzhah al Musytaq fi Ishtiraq al Afaq (Kenikmatan pada Keinginan Untuk Menjelajah Negeri-negeri) atau Roger's Book iaitu sebuah ensiklopedia geografi yang mengandungi peta dan informasi tentang negara Eropah, Afrika dan Asia. Buku ini mencatatkan perihal masyarakat, budaya, kerajaan dan cuaca negara-negara yang terdapat di dalam petanya. Beliau turut menggunakan semula garisan lintang dan garisan bujur yang diperkenalkan sebelumnya dalam peta yang dihasilkan. Beberapa abad lamanya, Eropah menggunakan peta Al Idrisi dan turut menggunakan hasil kerja ilmuwan ini ialah Christopher Columbus.

2. Al Ya'qubi.

Dalam kaitan ilmu geografi, sejarah mencatat seorang Muslim bernama al-Ya'qubi yang hingga kini pun karya-karya mereka masih menjadi bahan rujukan di bidang ilmu geografi. Dia hidup di Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tamid (257 H/870 M - 279 H/892 M). Selain pakar pada bidang geografi, al-Ya'qubi juga dikenal sebagai seorang sejarawan dan pengembara.

Tidak diketahui secara pasti tanggal lahir dari tokoh bernama lengkap Ahmad bin Abi Ya'qub Ishaq bin Ja'far bin Wahab bin Waddih ini. Hanya yang jelas, kakeknya adalah seorang maula' (budak) khalifah Abbasiyah, al-Mansur.

Kariernya terbilang cukup cemerlang di kerajaan. Ia misalnya pernah menjadi sekretaris al-khalifah (negara) Abbasiyah. Ia juga sempat mengadakan pengembaraan panjang ke Armenia, Transoksania (Asia Tengah), Iran, India, Mesir, Hedzjaz (Hijaz) serta Afrika Utara. Dalam pengembaraannya tersebut banyak informasi mengenai sejarah dan geografi yang ia peroleh.

Berdasarkan pengalamannya pergi ke sejumlah negara, maka pada tahun 891 al-Ya'qubi menulis sebuah buku berjudul Kitab al-Buldan (Buku Negeri-negeri). Buku ini termasuk kitab yang tertua dalam sejarah ilmu geografi dunia. Karenanya, buku tersebut pun lantas diterbitkan kembali oleh sebuah penerbit di Leiden, Belanda, dengan mengambil judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya'qubi historiae.

Di samping itu, bagi negara-negara yang dikunjungi dan termuat dalam buku tadi, merupakan informasi kesejarahan tidak ternilai. Pada awal bukunya, al-Ya'qubi menerangkan secara terperinci kota Baghdad dan Samarra (utara Baghdad). Setelah itu berturut-turut ia menggambarkan mengenai negeri Iran, Semenanjung Arabia, Suriah, Mesir, Nubia (utara Sudan), Afrika Utara dan lainnya. Tak hanya mengenai geografi wilayah, buku itu juga menerangkan tentang keadaan sosial dan sejarah dinasti-dinasti yang sedang berkuasa di masing-masing negeri.

Ada satu buku karyanya lagi yang juga terkenal, yakni Tarikh al-Ya'qubi, buku ini pun sudah diterbitkan kembali di Leiden dalam dua jilid. Dalam bukunya al-Ya'qubi masih mempertahankan ciri khasnya, yakni kronologis yang akurat. Pada jilid pertama, difokuskan pada sejarah dunia kuno, seperti peristiwa-peristiwa yang berhubungan pada penciptaan alam semesta, Nabi Adam AS dan putra-putranya, peristiwa banjir besar pada zaman Nabi Nuh AS dan masih banyak lagi. Kemudian ia melukiskan sejarah kerajaan-kerajaan kuno, semisal Assyria, Babylonia, Abessinia, India, Yunani, Romawi, Persia, Cina, Armenia dan lain-lain. Dalam setiap kali melukiskan kerajaan-kerajaan itu, dia kerap mengdeskripsikan keterangan geografis, iklim, agama serta kepercayaan dan perkembangan ilmu pengetahuan mereka, termasuk filsafat dan kebudayaannya.

Sementara jilid kedua, berisi sejarah Islam yang disusun berdasarkan urutan para khalifah, hingga tahun 259 H pada masa pemerintahan al-Mu'tamid. Diawali dengan kelahiran, riwayat hidup serta perang yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, baru kemudian tentang para khalifah. Berkenan dengan metode penulisan jilid kedua ini, ia mengatakan,"Saya menulis kitab ini berdasarkan riwayat-riwayat para ilmuwan dan ahli hadis yang lalu, termasuk tulisan-tulisan para sejarawan yang berkaitan dengan as-siyar (riwayat hidup Nabi Muhammad SAW), al-akhbar wa at-tarikh (berita dan sejarah). Saya tidak berpretensi bahwa buku ini merupakan karya yang orisinal. Saya berusaha mengumpulkan makalah dan riwayat itu, meskipun sebenarnya karya-karya itu berbeda-beda dalam menyebutkan tahun dan peristiwanya."

Di samping dua buku tadi, al-Ya'qubi juga meninggalkan sebuah makalah yang merupakan penggalan lain dari Tarikh al-Ya'qubi yang diterbitkan oleh Matbaah an-Najaf al-Asyraf di Irak dan sebuah karya singkat berjudul Musyakalah an-Nass li Zamanihim (Kesamaan Manusia pada Masa Mereka). Buku yang satu ini--sudah diterbitkan kembali di Beirut--membahas bagaimana masyarakat berusaha mengikuti dan mencontoh kehidupan para penguasa, terutama tentang para khalifah Umayyah dan Abbasiyah.

Kitab al-Buldan bisa disebut sebagai kitab paling berharga dalam bentuk karya rihlah (pengembaraan) dan ilmu geografi. Di dalamnya dijelaskan pengembaraan yang dia lakukan dan tugas-tugas negara yang dia emban, yaitu pada masa dinasti Tahiriah di Khurasan dan dinasti Tulun di Mesir dan Suriah, di samping sejumlah informasi yang dikutipnya dari yang lain. Al-Ya'qubi menggunakan langgam sejarah sendiri tanpa mengikuti langgam sejarah sebelumnya. Ia juga berusaha mengembangkan pendekatan eksperimental dalam menulis.

Pengembaraan al-Ya'qubi ke Transoksania memberikan manfaat besar bagi generasi berikutnya. Misalnya, ia menyaksikan langsung bagaimana para khalifah Abbasiyah mengambil anak-anak berkebangsaan Turki dan Fergana di Turkistan, dan menuangkannya dalam buku al-Buldan. Ia berkata,"Ekspansi Islam sudah sampai ke negeri Transoksania. Para pegawai di sana mengirimkan hadiah-hadiah kepada khalifah, di antaranya dalam bentuk anak-anak berkebangsaan Turki dan Fergana. Pengambilan seperti itu semakin mudah pada masa al-Mu'tasim karena ibunya berasal dari sana. Pengambilan anak-anak itu mencapai jumlah ribuan, sebagian dibeli dan sebagian lagi dalam bentuk hadiah. Jumlah mereka terus bertambah banyak hingga mencapai 18 ribu, semuanya menetap di Baghdad. Penduduk Baghdad menjadi resah karena tingkah laku mereka yang buruk. Sehubungan dengan itu, al-Mu'tasim kemudian mendirikan sebuah kota di sebelah utara Baghdad untuk mereka, yaitu kota Samarra. Sebagian besar mereka kemudian dijadikan tentara."

Setiap kali, al-Ya'qubi menceritakan secara mendetil tentang negeri-negeri yang pernah dikunjunginya. Jalan-jalan digambarkan dengan sangat terperinci, begitu pula ladang-ladang gandum, perkebunan kurma, taman-taman dan sungai serta sumber-sumber air, sebagaimana ia menggambarkan corak masyarakatnya yang majmuk. ( yus/ensiklopedi islam )

Ref : republika.co.id

3. Al Khawarizmi

Sumber: Eramuslim, 22/8/2000 12:32 WIB
Dunia Islam benar-benar sebuah peradaban yang lengkap jika kita mau mempelajarinya. Dari obat-obatan sampai matematika ada di dalamnya, begitu juga para ahlinya. Jika dalam edisi kemarin eL-Ka menampilkan tokoh Islam klasik yang ahli di banyak bidang terutama kedokteran, kali ini giliran tokoh matematika yang akan memperkenalkan diri.

Di antara kita, banyak sekali yang mengenal dan mungkin pernah belajar satu teori matematika yang bernama Algoritma. Sebuah teori yang mempermudah manusia menghitung dalam jumlah besar dengan menggunakan sistem decimal. Jika kita pernah mempelajari, ada satu pertanyaan menarik, pernahkah kita tahu siapa yang pertama kali menemukan dan memperkenalkan rumus Algoritma? Tak lain dan tak bukan adalah orang-orang Islam.

Adalah Abu AbdullahMuhammad Ibn Musa Al Khawarizmi, seorang intelektual Islam yang lahir pada tahun 770 Masehi, di sebuah kota bernama Khawarizmi. Tak ada data yang pasti tentang tanggal dan kapan tepatnya Al Khawarizmi dilahirkan. Khawarizmi adalah sebuah kota kecil sederhana di pinggiran sungai Oxus, tepatnya di bagian selatan sungai itu. Sungai Oxus adalah satu sungai yang mengalir panjang dan membelah negara Uzbekistan.

Uzbekistan, adalah sebuah negara muslim yang besar sebelum tentara Rusia mengambil alih dan menggempur daerah itu pada tahun 1873. Ratusan tahun lebih Uzbekistan berada dalam tatanan pemerintahan Islam dengan penduduk mayoritas Islam yang hidup makmur dengan rahmat melimpah. Tapi rupanya, hal ini membuat orang-orang Rusia mulai melirik Uzbekistan menjadi satu di antara banyak negara jajahannya.

Itulah kenapa Al Khawarizmi dipanggil dengan sebutan Al Khawarizmi, untuk menunjukkan tempat awal dilahirkannya tokoh kita kali ini. Pada saat Al Khawarizmi masih kecil, kedua orang tuanya berimigran, pindah dari Uzbekistan menuju Baghdad, Irak. Saat itu Irak di bawah pemerintahan Khalifah Al Ma'mun yang memerintah sepanjang tahun 813 sampai 833.

Kelak di kota inilah lahir sebuah konsep matematika yang oleh orang Barat dan kita di sini sekarang, menyebutnya sebagai Algoritma. Entah bagaimana awalnya sampai menjadi Algoritma, tapi yang jelas ia berasal dari kata Al Khawarizmi. Mungkin orang-orang Barat dengan lidahnya terlalu sulit menyebutkan dengan fasih kata Al Khawarizmi sehingga menjadi Algoritma.

Al Khawarizmi adalah seorang tokoh matematika besar yang pernah dilahirkan Islam dan disumbangkan pada peradaban dunia. Dan mungkin tak seratus tahun sekali akan lahir ke dunia orang-orang seperti dia. Meski namanya dikenal sebagai seorang ahli dalam bidang matematika, sebenarnya ia juga ahli dalam bidang yang lain. Al Khawarizmi juga seorang astronomi, ia juga seorang yang ahli dalam ilmu geografi dan segala seluk belum tentang tanah dan bumi.

Ini yang menarik dalam Islam, seorang tokoh yang ahli dan dikenal dalam satu bidang, selalu saja ahli pula dalam bidang yang lain. Ada kesimpulan yang bisa ditarik dari sini, bahwa Islam adalah sebuah tatanan menyeluruh yang tak terpisahkan. Belajar matematika tak lepas pula belajar astronomi. Belajar astronomi tak ketinggalan pula belajar tentang keindahan alam dan itu tak terlepas pula dari pelajaran tauhid. Bahwa kedahsyatan alam ini tercipta karena kebesaran Allah pada manusia dan semesta.

Al Khawarizmi selain terkenal dengan teori Algoritmanya, ia juga dikenal sebagai seorang yang membangun teori-teori matematika lain, di antaranya Aljabar. Salah satu kehebatan Al Khawarizmi adalah, ia tak hanya mengenali satu hal sebagai subyek saja, tapi ia juga mampu menyelesaikan masalah yang ada dalam subyek tersebut. Dunia benar-benar tak bisa lepas dari jasa-jasa orang-orang Islam.

Aljabar diambil dari kata depan judul buku yang dikarang oleh Al Khawarizmi, "Al Jabr wa Al Muqabilah". Dalam buku ini ia merumuskan dan menjelaskan secara detail table trigonometri yang biasa kita pelajari saat ini. Tak hanya itu, jika kita pelajari secara detail, buku ini ternyata mengenalkan teori-teori kalkulus dasar dengan gampang.

Selain karya-karyanya di bidang matematika, Al Khawarizmi juga melahirkan karya dalam bidang astronomi. Ia membuat tabel yang mengelompokkan ilmu perbintangan ini. Pada awal abad 12, karya-karya Al Khawarizmi diterjemahkan ke dalam bahasa lain, dan yang pertama kali adalah bahasa latin oleh Adelard of bath dan Gerard of Cremona. Kita-kita itu adalah, The Treatise of Arithmetic, Al Muqala fi Hisab Al Jabr wa Al Muqabilah.

Di banyak universitas di Eropa, buku-buku karya Al Khawarizmi masih menjadi acuan dan text book untuk mahasiswa di sana sampai pertengahan abad ke enam belas. Karya-karyanya, setelah di terjemahkan dalam bahasa Latin, kemudian menyusul bahasa-bahasa lain seperti bahasa-bahasa yang digunakan di Eropa dan terakhir diterjemahkan dalam bahasa Cina.

Dalam bidang astronomi pun, Al Khawarizmi menyumbangkan karya-karya besarnya yang tak terbatas. Begitu juga dalam bidang geografi, ia membuat koreksi-koreksi mendasar pada pemikiran filsuf Yunani tentang geografi. Dalam sejarah tercatat tujuh puluh orang yang ahli dalam bidang geografi bekerja di bawah koordinasi Al Khawarizmi. Grup ini kemudian melahirkan peta bumi yang kita kenal sebagai globe untuk pertama kali. Karya ini dikenal dunia pada tahun 830 masehi.

Sepuluh tahun kemudian, tahun 840, Al Khawarizmi meninggal dunia dengan warisannya khazanah dalam ilmu pengetahuan dunia. Kita yang masih hidup saat ini, tak bisa berbicara matematika tanpa menyebut nama Al Khawarizmi. Kita juga tak bisa bersenang-senang, tanpa mengucapkan terima kasih pada Al Khawarizmi saat mempermainkan bola dunia alias globe. Tapi yang lebih penting dari itu adalah, bagaimana caranya kita semua, mampu menjadi seperti dia. Menerangi dunia dan memberi pencerahan dengan Ilmu-ilmu Islam.
*petikan dari invisionfree.com

4. Abu Abdullah Al Bakri
Abū ʿUbayd ʿAbd Allāh ibn ʿAbd al-ʿAzīz ibn Muḥammad al-Bakrī (bahasa Arab: أبو عبيد عبدالله بن عبد العزيز بن محمد البكري‎, 1014–1094) adalah seorang ahli geografi dan sejarawan Muslim yang berketurunan Sepanyol-Arab. Beliau dilahirkan di Provinsi Huelva, merupakan anak kepada gabernor provinsi itu. Al-Bakri menghabiskan seluruh hidupnya di Sepanyol, menetap di Cordova, dan tidak pernah pergi menuju ke lokasi yang beliau tulis dan catatkan.

Al-Bakri menulis mengenai geografi Eropah, Amerika Utara, dan jazirah Arabia. Karya utamanya adalah Kitāb al-Masālik wa-al-Mamālik ("Book of Highways and of Kingdoms") dan Mu'jam. Karya yang pertama disebutkan dibuat pada tahun 1068, didasarkanpada literatur dan laporan pedagang dan pengunjung, termasuk Yusuf al-Warraq dan Abraham ben Jacob. Karyanya dikenali untuk tujuan objektiviti relatif yang telah disebutkan. Untuk setiap daerah, beliau telah menjelaskan tentang keadaan demografi penduduk, pekerjaan yang biasa dilakukan, geografi, iklim, dan kota utama. Informasi itu juga mengandungi maklumat geografi berkenaan Semenanjung Arab, dan di ensiklopedia dimana ia menulisnya. [1] Ia juga memaparkan berbagai anekdot mengenai setiap daerah. Sayangnya, banyak bahagian dari karya utamanya telah hilang.

Kawah Al-Bakri di Bulan telah dinamai dengan namanya sebagai suatu penghormatan buat dirinya.

5.

No comments:

Post a Comment